Selasa, 27 November 2012

Pengantar Bisnis (tulisan 3)


PENGANTAR BISNIS




TULISAN      : 3. Inilah Para Jawara Bisnis Resto Cepat Saji

KELAS          : 1EB21



NAMA
NPM
AQLI AULIAWATI
21212022
FIKRIA ADDINA
22212950
INTAN RISMAR MASYITOH
23212754
PUTRI ARISTYA DEVI
25212756
RESTI JENITA
26212147



PENDAHULUAN

Bisnis makanan merupakan salah satu bisnis yang banyak diminati oleh masyarakat, karena selain menghasilkan keuntungan yang tinggi, makanan juga menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Jadi, dimanapun, kapanpun, masyarakat akan membutuhkan makanan sebagai sumber pokok kehidupan. Hal ini juga didukung dari kebiasaan masyarakat terutama di perkotaan yang memiliki gaya hidup makan di luar rumah.
Industri makanan dan minuman juga termasuk bisnis yang tahan terhadap krisis yang melanda Negara Indonesia. Di saat industri nasional sedang tertekan akibat dampak krisis global, industri makanan dan  minuman masih mampu membukukan pertumbuhan.
Dick dan Basu (1994) menyatakan bahwa kunci keungggulan bersaing dalam situasi yang penuh persaingan adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka  pendek tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan, mempertahankan pelanggan berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan mendapatkan pendapatan dari pelanggan yang loyal ini tanpa harus melakukan promosi terlebih dahulu. Hal ini menjadi alas an utama bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan  loyalitas pelanggan.
Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh pihak pengelola adalah dengan menciptakan image restoran yang baik. Pelanggan yang mengunjungi restoran tentu memiliki kesan tersendiri terhadap restoran tersebut. Setiap restoran berusaha untuk menciptakan image yang baik di mata pelanggan, karena image yang dimiliki pelanggan terhadap restoran pada akhirnya akan menimbulkan penilaian akan keberadaan restoran yang dikunjunginya. Pelanggan akan menilai apakah restoran yang dikunjungi mampu menciptakan image yang positif atau cenderung memiliki image yang negatif.
Image yang positif akan memberikan kesan yang baik bagi pelanggan sehingga memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang di resto tersebut. Sebaliknya penjualan yang ada di restoran akan jatuh atau mengalami kerugian jika citranya dipandang negatif oleh pelanggan.

ISI


3.    Inilah Para Jawara Bisnis Resto Cepat Saji




Setelah sukses menggelar program delivery service Suzuki-McDonald’s Call to Win, PT Suzuki Indomobil Sales (agen tunggal pemegang merek Suzuki) dan PT Rekso Nasional Food (pemegang waralaba resto cepat saji McDonald’s Indonesia) kembali menyelenggarakan Suzuki-McDonald’s Order at Drive Thru’ and Win yang berlaku secara nasional.
Sama seperti sebelumnya, program yang dilangsungkan mulai dari tanggal 1 Maret 2012 hingga 30 April 2012 di ratusan gerai McDonald’s Indonesia itu, diklaim berhasil mendulang sukses seperti yang diharapkan.
Dan, pada tanggal 22 Mei lalu, berlokasi di restoran McDonald’s Kemang, program promosi itu pun ditutup secara resmi lewat pemberian hadiah utama kepada pemenang berupa 1 unit mobil Suzuki Splash.
Dengan jaringan yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh Indonesia, gerai McDonald’s Indonesia memang pilihan yang tepat untuk menghampiri sekaligus menggarap potential customer. Itu sebabnya, aktifitas serupa kemungkinan besar akan dilaksanakan di kemudian hari. Baik Suzuki Indomobil Sales maupun Rekso Nasional Food tampaknya bisa memetik hasil yang lumayan via kerjasama di atas.
Jika menoleh sebentar ke belakang, tanggal 3 Juni 2009 adalah hari bersejarah bagi Rekso Nasional Food. Pada tanggal itu, anak usaha Grup Rekso ini sah menjadi pemegang hak kepemilikan waralaba McDonald’s Indonesia yang sebelumnya digenggam oleh Bambang Rachmadi via PT Bina Nusa Rama.
Melalui Master Franchise Agreement dengan McDonald’s International Property Company -pemilik McDonald's- Rekso Nasional Food pun punya otoritas membuka gerai baru McDonald's di seluruh Indonesia. Karena itu, di akhir tahun 2009, Rekso Nasional Food membuka gerai pertamanya di Kebo Iwa, Bali, sekaligus pada saat yang sama mencetak rekor MURI dengan menampilkan 1008 penari.
Masih di bulan yang sama (Desember 2009), Rekso Nasional Food memulai maraton remodeling store. Hasilnya, kurang lebih 45 gerai McDonald’s Indonesia sukses direnovasi. Tahun lalu, Rekso Nasional Food menargetkan pertumbuhan gerainya sebanyak 10 hingga 15 persen. Adapun hingga akhir Maret silam, tak kurang dari 124 gerai McDonald's Indonesia telah beroperasi. Dari jumlah itu, kurang lebih 50 gerai menyediakan layanan drive thru.
Dalam satu kesempatan ke media, Michael Hartono, Direktur Pemasaran dan Komunikasi Rekso Nasional Food, pernah berkata bahwa hampir sebagian besar gerai McDonald's Indonesia dikunjungi 4 hingga 5 ribu orang per hari.
Artinya, uang yang mengalir ke Rekso Nasional Food lebih dari lumayan. Apalagi sewaktu strategi sinergi bisnis mulai diterapkan, yaitu menjadikan Teh Botol Sosro sebagai minuman "wajib" di semua gerai McDonalds Indonesia yang dikelolanya. Duit yang mengalir ke kantong Rekso Nasional Food pun dipastikan semakin membanjir dari bisnis resto cepat saji.
Rekso Nasional Food adalah bagian tak terpisahkan dari Sosro Group yang merupakan pionir minuman teh botol siap saji pertama di Indonesia, bahkan di dunia. Persisnya, pada tanggal 27 November 1997, Sosro Group mulai mengibarkan bendera PT Anggada Putra Rekso Mulia. Perusahaan yang belakangan lebih populer dengan label Grup Rekso itu dihela sebagai sarana untuk pengembangan lini bisnis baru.



Jika menilik tren gaya hidup saat ini, bisnis resto cepat saji memang sangat menggiurkan. Walau tak ada data akurat perihal besaran nilai bisnis yang satu ini, minimal dari total pendapatan yang berhasil diraup oleh masing-masing pebisnis dapat dilihat betapa uang seolah tiada berhenti mengalir.
Ambil contoh gerai Burger King yang dikelola oleh PT Sari Burger Indonesia, anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk. Dua tahun silam, hingga kuartal ketiga, Sari Burger Indonesia sudah mampu membukukan pendapatan sebanyak Rp 130,81 miliar. Angka ini naik cukup signifikan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu senilai Rp 101,52 miliar.
Lantas, di awal Juni 2012, gerai Burger King menambahkan menu baru berupa nasi plus ayam. Selain ingin memberikan beragam pilihan kepada pelanggannya, menu baru itu pun diposisikan sebagai pemicu peningkatan penjualan. Kelak, menu nasi dan ayam akan jadi menu wajib di semua gerai.
 Ditopang modal besar dari sang induk, Sari Burger Indonesia pun berkeinginan untuk menambah 10 hingga 15 gerai baru sepanjang tahun ini. Bila niat itu terealisasi maka jumlah gerai Burger King akan mencapai minimal 39 gerai hingga akhir tahun 2012.
Selain McDonald's dan Burger King, bisnis resto cepat saji juga riuh dengan kehadiran gerai Kentucky Fried Chicken yang diusung PT Fast Food Indonesia Tbk. Bermodalkan dana sebanyak Rp 300 miliar, Fast Food Indonesia berencana akan mengoperasikan 20 sampai 30 gerai baru pada tahun ini.
Hal ini tak lepas dari kinerja cemerlang gerai-gerai Kentucky Fried Chicken mulai dari Januari hingga Mei silam. Dalam kurun waktu itu, kurang lebih 430 gerai Kentucky Fried Chicken yang tersebar di 95 kota di seluruh Indonesia, berhasil membukukan penjualan sebanyak Rp 1,45 triliun.
Menurut Justinus D. Juwono, Direktur Fast Food Indonesia, pihaknya bahkan memproyeksikan penjualan sepanjang tahun ini bakal bisa tumbuh sebesar 15 persen hingga menjadi Rp 3,81 triliun. Sementara di saat yang sama, laba bersih yang bakal diraup diperkirakan akan dapat diperoleh sebesar 7 sampai 8 persen dari total penjualan.
Sedangkan, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. yang mengelola resto cepat saji dengan merek dagang California Fried Chicken (plus gerai Cal Donat dan Sapo Oriental) menargetkan pendapatan usahanya bisa tumbuh menjadi Rp 350 miliar pada tahun ini.
Lebih dari itu, Pioneerindo Gourmet International pun berancang-ancang untuk membuka 25 gerai baru melengkapi 220 gerai yang sudah beroperasi sampai saat ini.
Bagaimana dengan gerai Wendy's? Kalau dilihat dari jumlah gerai yang telah dikelola, langkah PT Wendy Citarasa -pemegang lisensi gerai Wendy's- tampak "kurang lincah". Pasalnya, sampai akhir tahun lalu, Wendy Citarasa baru memiliki sekitar 30 gerai di seluruh Indonesia.




Namun, ada berita yang muncul belakangan yang lumayan "menghebohkan". CT Corp yang dikendalikan oleh konglomerat Chairul Tanjung dikabarkan sedang mengincar hak kepemilikan waralaba wendy's di Indonesia. Sayang, kabar itu belum terang benderang hingga sekarang.
Di Amerika Serikat, resto cepat saji Wendy’s mampu menorehkan prestasi menggembirakan. Per Maret 2012, Wendy’s berhasil membukukan laba tahunan 2011 lebih besar ketimbang Burger King. Adapun pemuncak masih tetap digenggam oleh McDonald's.
Di tengah ramainya resto cepat saji berlisensi saat ini, PT Eka Bogainti mencoba "menulis" catatan perjalanan bisnisnya sendiri. Bermula pada tanggal 18 April 1985 di kawasan Kebun Kacang, Jakarta, Eka Bogainti merilis resto cepat saji berlabel Hoka Hoka Bento untuk pertama kali.
Dan, dalam tempo kurang lebih 27 tahun, Eka Bogainti telah mengelola kurang lebih 100 gerai Hoka Hoka Bento yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Jika topik pembicaraan berada dalam konteks Japanese Fast Food, maka Hoka Hoka Bento-lah yang akan keluar sebagai resto dengan konsep Japanese Fast Food yang terbesar di Indonesia.
PENUTUP

Kesimpulan             :

Ø  Setelah sukses dengan program delivery service Suzuki-Mc.Donalds call, Mc.Donalds berhasil mendulang di berbagai gerai melalui bantuan jaringan yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Dengan salah satu upaya tersebut, hingga saat ini resto cepat saji seperti KFC, Mc.Donalds dan Hoka-Hoka Bento mencapai ratusan unit gerai di Indonesia.
 
Daftar Pustaka        :

1.  Sabtu, 24 November 2012, Pukul 15:10


2.  Sabtu, 3 November 2012, Pukul 21:16

Pengantar Bisnis (tulisan 2)


PENGANTAR BISNIS

  


TULISAN      : 2. Tantangan Dunia Usaha Menyongsong Era Globalisasi
      Ekonomi

KELAS          : 1EB21



NAMA
NPM
AQLI AULIAWATI
21212022
FIKRIA ADDINA
22212950
INTAN RISMAR MASYITOH
23212754
PUTRI ARISTYA DEVI
25212756
RESTI JENITA
26212147



PENDAHULUAN




Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi dan komunikasi sangat penting, yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan batas-batas antar negara ataupun antar daerah di suatu wilayah.
Era globalisasi membuka peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha Indonesia termasuk usaha kecil, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi, live cycle product relatif pendek mengikuti trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif cepat.
Dewasa ini dunia bisnis menghadapi beberapa tantangan besar, jarak geografis dan budaya yang telah menyempit dengan munculnya pesawat udara, mesin fax, sambungan telepon dan komputer global serta siaran televisi satelit, kemajuan-kemajuan ini telah merangkul negaranegara di seluruh dunia ke dalam satu ekonomi global, dalam ekonomi global, perusahaan harus menanggapi kecenderungan pasar seraya tetap bertanggung-jawab melindungi lingkungan.
Mereka juga harus memusatkan perhatian pada pelanggan jika mereka ingin berhasil di pasar global. Maka dari itu kiranya perlu diuraikan strategi-strategi yang selayaknya dilakukan perusahaan-perusahaan dalam menyongsong era globalisasi.



ISI


2.    Tantangan Dunia Usaha Menyongsong Era Globalisasi Ekonomi

Semanjak paradigma pembangunan Indonesia berubah pada pertengahan 80-an, dari prinsip government driven growth ke paradigma public driven growth, maka pemerintah seharusnya hanya berperan sebagai penentu arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi. namun kenyataannya tidak demikian, sebagai akibat praktik manajemen kebijaksanaan ekonomi nasional yang masih serba sentralistik. akibatnya, swasta memang tumbuh, tetapi dengan moral ketergantungan yang berlebihan terhadap kegiatan proyek-proyek pemerintah  yang sentralistik, sehingga jiwa kewirausahaan para pengusaha menjadi tumpul bahkan mati.
Dapat dicatat beberapa kelemahan yang melekat pada usaha swasta Indonesia selama ini. Pertama , terdapat nya pertimpangan struktural dari komposisi pelaku bisnis dan penguasaan aset antara usaha besar dengan usaha menengah dan kecil, yang kemudian menciptakan iklim kecemburuan dan kebencian. Selanjutnya, jenis usaha-usaha mereka tidak terfokus pada suatu usaha yang sesuai kompetensi produktif mereka dan akhirnya, kelemahan yang berkaitan dengan etika bisnis dan etos kerja mereka yang rendah. Sebagian pengamat menganggap bahwa sebenarnya era globalisasi perekonomian dapat menjadi lokomotif yang dapatmenarik gerbong para pengusaha Indonesia untuk maju dan berkembang. Namun bagi kelompok lainnya, justru kondisi tersebutdianggap sulit dapat terealisasi.
Namun terlepas dari kelompok pro maupun kontra, maka yang penting saat ini dilakukan atau diupayakan oleh berbagai pihak adalah bagaimana dapat mendorong para pengusaha daerah agar dapattetap menjalankan usahanya dengan baik dalam era yang tidak menentu. Beberapa upaya tersebut diataranya : Pertama, harus dimulai oleh pemerintah nasional dan daerah sendiri untuk secara tegas menerapkan strategi pembangunan ekonomi kontemporer yang ditekankan pada “resources based strategy”. Selanjutnya, untuk sementara waktu pemerintah nasional atau daerah harus berinisisatif mengembangkan strategy kewirausahaan bagi pengusaha secara mandiri.

Pada dasarnya, memang peluang bisnis dalam era globalisasi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah diidentifikasi. Karena itu, para pengusaha hendaknya mempunyai pedoman-pedoman tertentu guna dapat menangkap peluang bisnis yang ada. Tetapi, perlu disadari bahwa pada hakikatnya, meskipun berbagai hal tersebut diatas dapat diselesaikan. Seperti, ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pengusaha selama ini ternyata kebanyakan diantara mereka hanyalah sebagai pengusaha “komprador”. Sedang dipihak  pemerintah, manajemen ekonomi pemerintah masih sangat bersifat birokrasi yang protektif, selektif.
Namun kemudian, mengahadapi kondisi dewasa seperti ini, maka para pengusaha harus tetap bersikap optimis, karena tidak ada pilihan lain untuk menganggap bahwa globalisasi adalah peluang ekonomi yang mungkin dapat memberi manfaat, sehingga harus dipersiapkan dalam menghadapinya.
Secara makroada beberapa strategi yang dapat ditempuh pengusaha agar para pengusaha dapat menjadi pejuang pembangunan ekonomi nasional secara efisien. Pertama, perlu melakukan reorientasi tentang usaha yang hendak dikelola.  Kemudian perlu melakukan restrukturisasi di bidang organisasi maupun keuangan. Kemudian, pengusaha  harus melakukan langkah ketiga yakni aliansi usaha, baik secara strategis maupun kompetitif. Akhirnya kami dapat simpulkan bahwa era globalisasi ekonomi adalah sebuah keharusan sejarah dari siklus hidup umat manusia yang tidak dapat dielakkan.



PENUTUP

Kesimpulan             :

Ø  kelemahan yang melekat pada usaha swasta Indonesia selama ini. Pertama , terdapat nya pertimpangan struktural dari komposisi pelaku bisnis dan penguasaan aset antara usaha besar dengan usaha menengah dan kecil, yang kemudian menciptakan iklim kecemburuan dan kebencian.
Ø  Pada dasarnya, memang peluang bisnis dalam era globalisasi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah diidentifikasi. Karena itu, para pengusaha hendaknya mempunyai pedoman-pedoman tertentu guna dapat menangkap peluang bisnis yang ada. Tetapi, perlu disadari bahwa pada hakikatnya, meskipun berbagai hal tersebut diatas dapat diselesaikan.

Daftar Pustaka        :

1.  Senin, 5 november 2012, Pukul 12:24

Analisis perekonomian nasional &internasional , Dr. Marsuki DEA


Pengantar Bisnis (tulisan 1)


PENGANTAR BISNIS



TULISAN      : 1. Yogyakarta, Kota Paling Mudah Mendirikan Usaha

KELAS          : 1EB21



NAMA
NPM
AQLI AULIAWATI
21212022
FIKRIA ADDINA
22212950
INTAN RISMAR MASYITOH
23212754
PUTRI ARISTYA DEVI
25212756
RESTI JENITA
26212147


  
PENDAHULUAN

Jogjakarta adalah kota yang sedang berkembang menuju sebuah kota industri. Industri di sini bukan berarti di setiap sudutnya di penuhi dengan berbagai macam pabrik dengan cerobong-cerobong asapnya yang menambah polusi. Akan tetapi industri di sini adalah industri dalam berbagai hal. Industri dalam dunia pendidikan, industri dalam bidang wiasata, industri dalam bidang kuliner, industri dalam bidang seni dan budaya, industri dalam bidang olah raga dan lain-lain.
Selayaknya sebuah kota yang akan memasuki kota moderen, di sana-sini bermunculan jenis-jenis usaha baru yang kadang sama sekali tidak terpikirkan oleh kita. Mulai dari hal-hal yang ringan dari masalah makanan, sampai hal-hala yang berat berupa barang semua sudah nampak di jogjakarta.
Orang-orang yang  mengetahui akan seperti apa perkembangan bisnis di jogja sejak 3 tahun lalu sudah meginvestasikan dana mereka di berbagai lahan bisnis di jogja. Yang paling kasat mata adalah, banyaknya gedung-gedung tinggi yang sedang di bangun di jogjakarta.
Saat ini anda jangan bertanya peluang bisnis apa yang cocok di jogjakarta. Jika anda punya ide kerjakan ide itu dan anda bisa melihat hasilnya sekitar satu tahun atau bahkan dalam beberapa bulan saja. Apapun bisnis anda di jogja tidak akan pernah mengalami kekurangan pasar.

ISI


1.    Yogyakarta, Kota Paling Mudah Mendirikan Usaha



Yogyakarta ternyata menjadi kota paling mudah dalam hal proses mendirikan usaha dibandingkan 20 kota lainnya di Tanah Air. Mengapa demikian? Ini karena lamanya pengurusan mendirikan usaha yang hanya diproses selama 29 hari dengan biaya 18,5 persen dari pendapatan per kapita untuk menjalankan delapan persyaratan di kota pelajar itu.
Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian International Finance Corporation (IFC) World Bank yang membandingkan kebijakan usaha 20 kota di Indonesia dan 183 perekonomian dunia.
Sementara Manado, menjadi kota tersulit untuk mendapatkan izin usaha yakni membutuhkan 34 hari untuk proses mendirikan usaha dengan biaya 30,8 persen dari 11 prosedur yang diterapkan.
"Tidak ada satu pun yang mengungguli kota lainnya di semua indikator," kata Direktur Global Indicators and Analysis Department Bank Dunia Augusto Lopez-Claros, dalam laporan Doing Bussiness di Indonesia 2012, di kantor Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM), Jakarta, Selasa (31/1/2012).

Menurut data yang dirilis IFC, dalam indikator mendirikan usaha jumlah prosedur untuk memulai secara resmi berkisar antara delapan sampai 11 prosedur. Di mana tujuh prosedur merupakan persyaratan yang didasari atas peraturan ditingkat pusat.
Sedangkan dari pendaftaran, bidang properti membutuhkan enam prosedur yang sama di seluruh 18 kota yang disurvei dengan pengecualian di Batam dan Semarang.
Maka dari itu, Bank Dunia menyimpulkan yang didapatkan bahwa praktek penerapan di daerah dan tingkat efisiensi administrasi di daerah yang berbeda telah memicu perbedaan yang besar dari segi waktu dan biaya di seluruh kota.
"Sehingga ketika seorang pengusaha di Batam dan Surakarta harus menunggu selama dua bulan untuk memindahkan hak atas tanah dan propertinya, dia sebenarnya dapat melakukan hal yang sama hanya dalam waktu kurang dari dua minggu di Manado," ungkapnya.
Saat ini rata-rata waktu mendirikan usaha dan mengurus izin mendirikan bangunan telah dikurangi sebanyak 25 persen dibandingkan posisi 2010 lalu.



















PENUTUP

Kesimpulan             :

Ø  Kota Yogyakarta lebih mudah dalam mendirikan usaha dibanding dengan kota lainnya. Kota Yogyakarta dalam mendirikan usaha tidak dibutuhkan waktu yang lama dan tidak membutuhkan uang yang besar.

Daftar Pustaka        :

1.  Sabtu, 3 November 2012, Pukul 20:30